Dari Patih perintah turun ke wedana,  semacam pembesar distrik ; dari wedana turun ke akuwu (pembesar  sekelompok desa), semacam camat jaman sekarang ; dari akuwu turun ke  buyut, pembesar desa ; dan dari buyut turun ke penghuni desa.  Demikianlah tingkat organisasi pemerintahan di jaman Majapahit,  dari pucuk pimpinan negara sampai rakyat di pedesaan. apa yang berlaku  di tanah Jawa ini diterapkan dengan patuh di pulau Bali.
Tidak  demikian halnya dengan pemerintahan di daerah seberang lautan.  Pemerintahan seberang lautan tidak mengalami perubahan apapun setelah  menjadi daerah bawahan Majapahit.  Dalam soal urusan negara, raja-raja atau pembesar daerah bawahan di  seberang lautan tersebut berkuasa dan berdaulat penuh. Artinya seorang  raja atau pembesar daerah bawahan menerapkan sistem kekuasaan penuh di  tangan raja atau pembesar daerah setempat.Kewajiban utama daerah bawahan terhadap pusat adalah menyerahkan upeti tahunan dan menghadap raja Majapahit  pada waktu-waktu yang telah ditetapkan sebagai tanda kesetiaan dan  pengakuan terhadap kekuasaan Majapahit. Pemerintah pusat dalam hal ini  raja Majapahit tidak mencampuri urusan daerah, berarti daerah-daerah  bawahan bersifat otonom penuh. Negarakertagama dalam pupuh XVI/5  menegaskan bahwa Majapahit  memelihara angkatan laut yang sangat besar untuk melindungi  daerah-daerah bawahan dan menghukum pembesar daerah bawahan yang  membangkang terhadap pemerintah pusat. Konon angkatan laut Majapahit  telah banyak berjasa, terutama dalam merebut kekuasaan di daerah  seberang lautan dan membinasakan musuh-musuh yang melawan kekuasaan Majapahit.  Oleh karena itu angkatan laut Majapahit sangatlah ditakuti. Pembinaan  angkatan laut yang besar adalah merupakan syarat mutlak bagi Majapahit  sebagai negara maritim dalam mempertahankan kekuasaannya di lautan teduh  (Pasifik) ; sebagian ditempatkan di pantai Utara pulau Jawa untuk  melindungi negara induk dan sebagian lagi disebar di beberapa tempat  untuk mengawasi daerah bawahan. Tidak diketahui secara pasti seberapa  besar armada laut Majapahit  dalam abad empatbelas. Tetapi satu hal yang pasti, berdasarkan berita  Cina dari Dinasti Ming bahwa pada tahun 1377 pasukan Majapahit telah  berhasil menyerbu Suwarnabhumi serta mencegat  dan membunuh utusan dari  Cina yang mengantarkan surat pengangkatan putera mahkota Suwarnabhumi,  tetapi Kaisar Cina tidak berani melakukan tindakan balasan.
Negarakertagama di dalam pupuh  XV memberitakan bahwa pada musim-musim tertentu pemerintah pusat  mengirimkan pegawai dan pendeta-pendeta ke daerah seberang untuk menarik  upeti. Dalam menjalankan tugas itu para pegawai dan para pendeta  dilarang keras mencari untung demi kepentingannya sendiri, maksudnya  agar jangan sampai tugas negara itu dilalaikan. Mungkin sekali  perjalanan mereka ke daerah-daerah dikawal oleh angkatan laut Majapahit,  sehingga keamanan mereka terjamin dan pengumpulan upeti berjalan  lancar, karena pembesar-pembesar daerah takut kepadanya. Disamping  mengumpulkan upeti, mereka juga bertugas membuat laporan tentang keadaan  daerah-daerah yang mereka kunjungi, sehingga dengan demikian pemerintah  pusat mengetahui seluk-beluk daerah-daerah bawahannya. Dapat dipastikan  bahwa Prapanca sebagai dharmadhyaksa kasogatan memanfaatkan  laporan-laporan para pendeta yang pernah berkunjung ke daerah-daerah,  sehingga pengetahuannya tentang keadaan daerah-daerah di seberang lautan  maupun di tanah Jawa menjadi sangat luas dan mendalam. 
Harta  benda persembahan upeti diserahkan kepada pemerintah pusat, terutama  dimasukkan sebagai harta kekayaan raja untuk membiayai segala macam  pengeluaran istana. Oleh karena itu tidaklah mengherankan bahwa raja  dapat membangun istana dan gedung-gedung para pembesar seperti diuraikan  dalam Negarakertagama pupuh VIII-XIII, dan membuat pesta besar-besaran  baik demi kepentingan pribadi keluarga raja maupun demi  perayaan-perayaan sepanjang tahun, dimana rakyat juga ikut menikmati.  Segala-galanya serba besar lagi mewah untuk menunjukkan keagungan  kerajaan yang memang subur makmur. Kekayaan raja berupa abdi, harta,  kereta, gajah dan kuda dikatakan berlimpah-limpah bagai samudra.
Selanjutnya silahkan menuju ke bagian ketiga.
HUBUNGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH (2)
9 Out Of 10 Based On 10 Ratings. 9 User Reviews.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori MAJAPAHIT
 dengan judul HUBUNGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH (2). Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://bunga911.blogspot.com/2011/05/hubungan-antara-pusat-dan-daerah-2.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: 
Unknown - Minggu, 08 Mei 2011







 
 
 
 
 
 
 
 


Belum ada komentar untuk "HUBUNGAN ANTARA PUSAT DAN DAERAH (2)"
Posting Komentar
Tuliskan komentar anda yang sesuai dengan isi artikel di atas demi persahabatan sesama anak bangsa, namun jangan sekali-kali melakukan spam atau menempatkan link aktif pada komentar anda. Terima kasih.