Baru setelah Jawa Timur dikuasai penuh, Majapahit  mulai menjangkau pulau-pulau di luar Jawa, yang disebut Nusantara.  Menurut Pararaton, politik perluasan wilayah seluruh Nusantara ini  bertalian dengan program politik Gajah Mada yang diangkat menjadi patih  Amangkubumi pada sekitar tahun 1334. Untuk menjayakan program politiknya  tersebut, para pembesar Majapahit yang tidak menyetujui disingkirkan  oleh Gajah Mada. Pelaksanaan program politik penyatuan Nusantara ini  rupanya baru dimulai pada tahun 1343 dengan penundukkan Bali, pulau yang  paling dekat dengan pulau Jawa. Selanjutnya diantara tahun 1343 – 1347,  Pu Adityawarman meninggalkan pulau Jawa untuk mendirikan kerajaan  Malayapura di Minangkabau, Sumatera, seperti diberitakan dalam prasasti  Sansekerta pada arca Amoghapasa tahun 1347. Dalam prasasti tersebut  diuraikan bahwa Pu Adityawarman bergelar Tuhan Patih (gelar sebutan  Tuhan Patih dalam prasasti Amoghapasa, 1347, menunjukkan bahwa  Adityawarman menjalankan pemerintahan di kerajaan Malayapura atas nama  raja Majapahit Tribhuwana Tunggadewi Jayawisnuwardhani).
Berita Cina dari Dinasti Ming (Groeneveldt,  W.P, Notes on the Malay Archipelago and Malacca, compiled from Chinese  source VBG XXXIX, 1880. Cetakan ulang : Historical Notes on Indonesia  and Malaya, Bhatara, Jakarta, 1960. hal. 69) menyatakan bahwa pada tahun 1377 Suwarnabhumi (Sumatera)  diserbu oleh tentara Jawa. Putera Mahkota Suwarnabhumi tidak berani  naik tahta tanpa bantuan dan persetujuan kaisar Cina, karena takut  kepada raja Jawa. Kaisar Cina lalu mengirim utusan ke Suwarnabhumi untuk  mengantarkan surat pengangkatan, namu di tengah jalan dicegat oleh  tentara Jawa dan dibunuh seketika. Meskipun demikian Kaisar Cina tidak  melakukan tindakan balasan terhadap raja Jawa, karena mengakui bahwa  tindakan balasan tidak dapat dibenarkan. Sebab utama serbuan tentara  Jawa (ke Suwarnabhumi) pada tahun 1377 tersebut adalah karena  raja Suwarnabhumi telah mengirim utusan ke Cina pada tahun 1373 tanpa  sepengetahuan raja Jawa.  Pengiriman utusan tersebut dipandang sebagai  suatu pelanggaran terhadap status kerajaan Suwarnabhumi yang sebenarnya  adalah merupakan kerajaan bawahan Majapahit. Tarikh penundukan  Suwarnabhumi terhadap Majapahit terjadi pada sekitar tahun 1350 ;  keruntuhannya mengakibatkan jatuhnya daerah-daerah bawahannya di  Sumatera dan di semananjung Tanah Melayu ke dalam kekuasaan Majapahit.  Dua belas kerajaan Suwarnabhumi yang jatuh ke tangan Majapahitadalah  : Pahang, Trengganu, Langkasuka, Kelantan, Woloan, Cerating, Paka,  Tembeling, Grahi, Palembang, Muara Kampe dan Lamuri. Hampir semua  daerah-daerah tersebut dinyatakan sebagai daerah-daerah bawahan Majapahit  seperti ternyata dalam kakawin Negarakertagama pupuh XIII dan XIV.  Daftar itu menyebut juga nama-nama daerah bawahan lainnya. Rupanya  Palembang dijadikan batu loncatan bagi tentara Majapahit untuk  menundukkan daerah-daerah lainnya di sebelah Barat pulau Jawa. Namun di  daerah–daerah ini tidak diketemukan prasasti sebagai bukti adanya  kekuasaan Majapahit. Hikayat-hikayat daerah yang ditulis kemudian,  menyinggung adanya hubungan antara pelbagai daerah dan Majapahit dalam  bentuk dongengan, dan bukan merupakan catatan sejarah khusus.  Dongengan-dongengan tersebut menunjukkan sekedar kekaguman terhadap  kebesaran dan keagungan Majapahit.
Selanjutnya silahkan membaca bagian ketiga 
PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN MAJAPAHIT (2)
9 Out Of 10 Based On 10 Ratings. 9 User Reviews.
Anda baru saja membaca artikel yang berkategori MAJAPAHIT
 dengan judul PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN MAJAPAHIT (2). Anda bisa bookmark halaman ini dengan URL http://bunga911.blogspot.com/2011/05/perluasan-wilayah-kerajaan-majapahit-2.html. Terima kasih!
Ditulis oleh: 
Unknown - Kamis, 05 Mei 2011







 
 
 
 
 
 
 
 


Belum ada komentar untuk "PERLUASAN WILAYAH KERAJAAN MAJAPAHIT (2)"
Posting Komentar
Tuliskan komentar anda yang sesuai dengan isi artikel di atas demi persahabatan sesama anak bangsa, namun jangan sekali-kali melakukan spam atau menempatkan link aktif pada komentar anda. Terima kasih.